Selasa, 17 Desember 2019

Kobra dan Masyarakat, Tanda populasi meledak atau ketidakseimbangan ekosistem?


Populasi  yang  terdapat pada  suatu daerah dan  saling  berinteraksi  satu  sama  lain disebut  komunitas.  Hubungan  antar  spesies  di  dalam  suatu  komunitas  ini  mempunyai pengaruh besar terhadap berbagai spesies pembentuk komunitas tersebut.

Interaksi
            Interaksi adalah hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya. Ada dua macam interaksi berdasarkan jenis organisme yaitu intraspesies dan interspesies. Interaksi intraspesies adalah hubungan antara organisme yang berasal dari satu spesies, sedangkan interaksi interspesies adalah hubungan yang terjadi antara organisme yang berasal dari spesies yang berbeda.Secara garis besar interaksi intraspesies dan interspesies dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk dasar hubungan, yaitu
  1. Netral,  hubungan  ini  terjadi  bila  tidak  ada  saling  mempengaruhi  di  antara  populasi, sebagai contoh populasi walang sengit, dan burung gelatik. Walang sengit mengisap buah padi  muda.  Burung  gelatik  makan  biji  padi.  Walaupun  sama-sama  makan  biji  padi, namun mereka  tidak menggangu  yang  lain,  dan  tidak  pernah  bersaing.
  2. Kompetisi, merupakan  hubungan  yang  ditandai  dengan  adanya  persaingan  antar  populasi.  Bila persaingan  terjadi  cukup  hebat  dan  besar,  bisa  jadi  populasi  tertentu  kalah. Misalnya,  tanaman budi daya dengan tanaman penggangu, mereka bersaing untuk mendapatkan air, mineral,  dan  cahaya  matahari. 
  3. Mutualisme,  bila  antara  populasi  terjadi  hubungan saling  menguntungkan.  Misalnya,  tumbuhan  berbunga  dengan  serangga  (kupu-kupu), burung pikatan dengan kerbau. Tanaman Leguminoceae dengan bakteri Rhyzobium.
  4. Predasi, merupakan hubungan yang  terjadi antara pemangsa dan mangsanya. Pemangsa disebut  sebagai predator,  sedangkan  yang dimangsa disebut mangsa.  Interaksi  semcam ini memiliki pengaruh  terhadap penurunan populasi  hewan  tertentu. Misalnya  hubungan antara harimau dengan kijang, burung elang dengan ular.
  5. Parasitisme, hubungan  ini terjadi  bila  salah  satu  populasi  menjadi  parasit  terhadap  populasi  yang  lain.  Interaksi seperti  demikian  biasanya  hidupnya  sangat  tergantung  pada  makhluk  yang ditumpanginya. Misalnya, Cacing pita pada daging sapi masih berbentuk  larva,  setelah dewasa  hidup  pada  tubuh  manusia.  Benalu  dengan  pohon  inang
  6. Komensalisme, merupakan  interaksi  antar  populasi,  dimana  populasi  yang  satu  untung  sedangkan populasi yang  lainnya  tidak merasa dirugikan. Misalnya, pada  tubuh hiu menempel  ikan remora kecil, larva pada tubuh ulat.

Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya.Contoh interaksi antarpopulasi adalah sebagai berikut.

a. Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
b. Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.

Nah, untuk ular kobra yang mendekati perumahan ataupun menetas diperumahan, apakah karena hilangnya predator telur kobra yang banyak diburu masyarakat? atau aih fungsi lahan, mengubah habitat kobra menjadi perumahan? atau karena faktor musim menetasnya telur kobra? sekarang mari kita lihat fenomenaya dilingkungan masing-masing. Ular kobra cenderung menyukai lokasi yang hangat untuk bertelur. Awal musim penghujan, biasanya telur kobra akan menetas, dan seara alamiah, ular-ular tersebut mencari lokasi yang hangat. Pemukiman masyarakat yang hangat, disukai oleh ular, tidak hanya kobra. Dugaan awal saya pribadi (penulis) adanya faktor-faktor yang mempengaruhi mengapa telur ular tersebut dpat membuat heboh dan menakitkan bagi masyarakat.
1. Lokasi, dengaan banyaknya alih fungsi lahan, dapat dimungkinkan bahwa habitat alami uar kobra tergususr oleh pembangunan yang dilakukan oleh manusia. Banyaknya aih fungsi lahan dan kecenderungan suasana di pemukiman warga yang hangat, menyebabkan ular kobra lebih menyukai untuk bertelur di areal pemukiman warga.
2. pemangsa alami. Berkurangnya pemangsa alami ular kobra dan telur-telurnya, juga mempengaruhi merebaknya populasi ular kobra di pemukiman warga. Musang, biawak, elang, merupakan predator alami ular, mungkin elang jarang ditemui, namun musang dan biawak, tak jarang kita temui di lingkungan masyarakat. Mungkin bila kita bisa prediksi, berkurangnya predator alami ular ini juga dapat menyebabkan bertambahnya populasi ular kobra.
3. Musim, penanda musim hujan juga menyebabkan banyak telur kobra menetas hampir secara serentak di beberapa wilayah di Indonesia. Prediksi musim yang berubah, mengubah keseimbangan hewan-hewan tersebut untuk bertelur, walaupun bila kita bisa meilhat sisi positifnya, menetasnya telur kobra juga bisa dijadikan bioindikator musim penghujan akan terjadi.
4. Insting, Insting alami hewan untuk mencari makan, salah satu cara untuk hewan tersebut bertahan hidup. pemukiman warga, bisanya menyediakan makanan yang berlimpah bagi ular-ular kecil ini, sehingga banyak dari ular tersebut berada di perumahan, yaa dikatakan mengisi perut, seerti hewan-hewan yang lain.
5. Ketidakseimbangan alam. menurut saya ini yang paling berbahaya di antara semua faktor. Alam itu cenderung homeostatis. Bila kita (manusia) demi kepentingan pribadi merusak alam dengan membabi buta, konsekunsi yang terjadi pasti akan ada gesekan antara manusia dan alam (hewan/tumbuhan). Tidak hanya kobra, namun juga hewan-hewan yang lain juga akan berusaha untuk survive, dengan berbagaimacam cara. Berjuang atau mati, mungkin itu yang ada dipikiran hewan-hewan tersebut. Begitu juga dengan manusia, kebutuhan yang tidak bisa di tahan lagi karena terdesak oleh berbagai maam faktor, mau tidak mau, suka tidak suka, kita akan terus melalukan agresi terhadap alam.

Kita mencari cara agar terjadi homeostatis yang harmonis antara alam dan manusia. Pemecahan win win soition terkadang masih berat bila dihadapkan dengan realita dilapangan. DIsaat ada yang berusaha menciptakan keharmonisan itu, beberapa diantara yang lainnya hanya berkata " SCREW THE BALANCE".......

Tidak ada komentar: